Scroll untuk baca artikel
Game

Developer Balatro Sindir PEGI: Perdebatan Panas Soal Rating Game dengan Unsur Judi

Avatar of Yenni Arianti
176
×

Developer Balatro Sindir PEGI: Perdebatan Panas Soal Rating Game dengan Unsur Judi

Sebarkan artikel ini
Developer Balatro Sindir PEGI: Perdebatan Panas Soal Rating Game dengan Unsur Judi

Betang.id – Game roguelike Balatro, yang sedang naik daun berkat gameplay-nya yang adiktif dengan unsur poker, baru-baru ini menjadi pusat perhatian bukan hanya karena popularitasnya, tetapi juga perdebatan terkait rating yang diberikan badan rating video game Eropa, PEGI. PEGI memberikan Balatro rating 18+ karena dianggap mengandung unsur perjudian, sebuah keputusan yang membuat sang pengembang, LocalThunk, mengungkapkan kritik tajam terhadap standar yang diterapkan PEGI.

Kritik Pedas LocalThunk Terhadap PEGI

Melalui akun Twitter/X resminya, LocalThunk, sang pengembang, secara sarkastik menyindir keputusan PEGI. Ia menyatakan, “Karena PEGI memberikan kami rating 18+ hanya karena kartu yang dianggap ‘jahat’, mungkin kami harus menambah microtransaction, lootbox, atau bahkan perjudian asli agar rating game kami bisa turun ke 3+, seperti yang didapatkan EA Sports FC.”

scroll untuk membaca

LocalThunk juga membandingkan langsung game-nya, Balatro, dengan EA Sports FC, game simulasi sepak bola besutan EA. Menurut data yang dibagikan LocalThunk, Balatro mendapat rating 18+ karena unsur poker meskipun tidak ada uang sungguhan yang dipertaruhkan. Sementara itu, EA Sports FC mendapatkan rating 3+ meskipun memiliki mekanisme lootbox, yang secara jelas melibatkan pengeluaran uang nyata untuk mendapatkan item acak—sebuah praktik yang sering dianggap serupa dengan perjudian.

Rating yang Kontroversial: Balatro vs EA Sports FC

Alasan di balik rating Balatro cukup jelas. Menurut penjelasan PEGI, permainan kartu dengan unsur yang menyerupai poker, meski tidak melibatkan uang asli, dianggap dapat digunakan untuk melatih keterampilan berjudi, sehingga memengaruhi rating menjadi 18+.

Di sisi lain, EA Sports FC, yang mengimplementasikan fitur lootbox melalui sistem pembelian dalam aplikasi, diberikan rating 3+, dengan alasan bahwa game ini secara utama adalah simulasi sepak bola, dan fitur in-game purchase dianggap sebagai mekanik tambahan yang opsional.

Hal ini menimbulkan reaksi kuat dari para penggemar dan pemain, yang melihat kontradiksi besar dalam penilaian tersebut. Salah satu pengguna media sosial menyoroti bahwa, “Membeli lootbox dalam game sepak bola sebenarnya lebih mencerminkan perjudian dengan uang asli dibandingkan permainan kartu tanpa taruhan.”

Perbedaan Sikap Rating di Negara Lain

Ketidakadilan dalam pemberian rating ini tidak hanya mengundang reaksi negatif dari para penggemar, tetapi juga memunculkan perbandingan dengan badan rating di negara lain. Sebagai contoh, Australia memberikan pendekatan yang berbeda dengan menetapkan rating Dewasa untuk game yang mengandung lootbox, termasuk EA Sports FC. Pemerintah Australia memandang lootbox sebagai mekanisme perjudian berbasis simulasi dan menganggapnya layak masuk kategori usia 15 tahun ke atas.

Respons Netizen dan Peningkatan Kesadaran

Diskusi mengenai rating Balatro versus EA Sports FC semakin panas setelah cuitan LocalThunk menjadi viral. Banyak netizen menyuarakan keheranan mereka terhadap ketidakkonsistenan standar yang diterapkan oleh PEGI. Seorang pengguna bahkan mengatakan, “Rating 18+ untuk Balatro karena ada kartu virtual adalah lelucon jika dibandingkan dengan rating 3+ pada game dengan lootbox.”

Namun, diskusi ini juga membawa manfaat lain, yaitu meningkatkan kesadaran publik tentang bagaimana lootbox dapat merugikan pemain, terutama anak-anak, karena sifatnya yang serupa dengan perjudian.

Kesuksesan Balatro di Tengah Kontroversi

Meskipun diterpa kontroversi, Balatro tetap meraih popularitas tinggi. Game ini berhasil mencetak sejarah dengan mendapatkan tiga nominasi di ajang The Game Awards 2024, mempertegas statusnya sebagai salah satu game terbaik tahun ini.

Kesimpulan: Perlu Adanya Standar yang Konsisten

Kontroversi ini menyoroti masalah serius dalam penilaian rating game oleh badan seperti PEGI. Ketidakkonsistenan antara kasus Balatro dan EA Sports FC menjadi bukti perlunya evaluasi ulang terhadap standar yang diterapkan, terutama dalam menghadapi fitur yang berkaitan dengan perjudian, seperti lootbox dan permainan kartu.

Apakah PEGI akan merespon kritik ini dengan meninjau ulang kebijakan mereka? Ataukah isu ini hanya akan berlalu begitu saja? Yang jelas, perdebatan ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya regulasi yang adil dan transparan dalam memberikan rating pada game.

Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang