Betang.id – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) saat ini sudah semakin maju, namun potensi dan masa depan AI ternyata masih menyimpan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Roman Yampolskiy, seorang peneliti keamanan AI dan pimpinan Cyber Security Laboratory di Universitas Louisville, baru-baru ini memberikan pandangannya tentang bagaimana masa depan AI yang kini menjadi arena kompetisi bagi banyak raksasa teknologi.
Melalui wawancara eksklusif dengan Gordon Einstein di kanal YouTube miliknya, Yampolskiy membahas perkembangan terkini AI serta memaparkan gambaran masa depan yang berpotensi dihadirkan oleh kecerdasan buatan. Wawancara berdurasi hampir 60 menit itu juga menyoroti tantangan besar, seperti kebutuhan sumber daya dan dana luar biasa untuk mewujudkan visi AI yang disebut Artificial General Intelligence (AGI).
AGI: Masa Depan yang Masih Jauh dari Jangkauan
Menurut Yampolskiy, pembahasan mengenai kapan AI dapat mencapai Artificial General Intelligence (AGI)—yakni kemampuan AI untuk berpikir, memahami, dan belajar layaknya manusia—tidak terlalu relevan jika dilihat dari sudut pandang teknis. “Jika kita memiliki cukup dana untuk membeli komputer terbaik yang ada saat ini, kita bahkan bisa memulainya hari ini juga,” ujar Yampolskiy.
Pernyataan ini menekankan bahwa teknologi sudah memungkinkan terciptanya fondasi untuk AGI, namun tantangan terbesar justru terletak pada kebutuhan sumber daya yang sangat masif. Selain hardware berteknologi tinggi, pengembangan AGI juga memerlukan sistem data center yang kuat, efisiensi algoritma, serta dukungan ekosistem teknologi yang belum sepenuhnya tersedia.
AGI diprediksi mampu merubah banyak sektor kehidupan, mulai dari dunia pekerjaan hingga riset ilmiah, bahkan memiliki potensi untuk menciptakan solusi baru terhadap masalah global. Namun, Yampolskiy mengingatkan bahwa kemampuan ini membutuhkan tingkat investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Angka Fantastis yang Dibutuhkan untuk Mewujudkan AGI
Yang menarik dari wawancara tersebut adalah pembahasan tentang seberapa besar investasi yang harus digelontorkan oleh raksasa teknologi untuk mencapai AGI. Sebagai referensi, Sam Altman, pendiri OpenAI, pernah menyatakan bahwa visi jangka panjang menuju AGI membutuhkan pembangunan data center dan pabrik teknologi dengan total biaya mencapai 7 triliun dolar AS, atau setara dengan 113 kuadriliun rupiah.
Angka yang mencengangkan tersebut bukan hanya mencakup infrastruktur teknis seperti superkomputer dan data center, tetapi juga penelitian mendalam, pengembangan sistem, dan upaya menciptakan regulasi yang memastikan AGI digunakan secara aman dan etis.
Yampolskiy menambahkan bahwa apabila dana sebesar ini tidak tersedia atau tidak didukung oleh kolaborasi global, pengembangan AGI yang benar-benar berkualitas akan sulit terwujud dalam waktu dekat. Lebih dari itu, biaya yang fantastis ini membuat hanya segelintir perusahaan besar seperti Google, Microsoft, atau OpenAI yang benar-benar memiliki kapasitas untuk mengejar AGI.
Masa Depan AI: Apakah AGI adalah Tujuan yang Tepat?
Di balik visi besar menuju AGI, Yampolskiy juga mengajukan pertanyaan penting: “Apakah ini masa depan yang benar-benar kita cari?”. Pengembangan AGI bukan hanya soal kemampuan teknis, melainkan juga menyangkut implikasi etika, sosial, dan ekonomi yang luas. Seiring dengan upaya menciptakan AI yang lebih cerdas, kita juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap tenaga kerja manusia, privasi, keamanan data, hingga risiko eksistensial jika teknologi ini disalahgunakan.
Yampolskiy menekankan perlunya pendekatan hati-hati dalam pengembangan AI, terutama karena semakin besarnya kesenjangan antara kemampuan teknologi dengan kapasitas manusia untuk mengendalikannya. Meski begitu, ia optimis bahwa kolaborasi antara negara, perusahaan, dan organisasi riset dapat menciptakan ekosistem AI yang bermanfaat bagi semua pihak.
Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang