Betang.id – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, telah berkolaborasi dengan Universitas Brawijaya untuk melakukan kajian terkait pengembangan Bandara Haji Asan Sampit. Kajian ini menyoroti potensi besar bandara dalam layanan penerbangan, menjadi langkah strategis untuk memajukan daerah ini.
Halikinnor, seorang pejabat pemerintah setempat, mengungkapkan bahwa hasil kajian teknis ini diharapkan dapat memperkuat usulan kepada Kementerian Perhubungan. Usulan tersebut, yang sebelumnya diajukan terkait pengembangan bandara, tidak hanya berkaitan dengan perpanjangan landasan pacu dan peningkatan pavement classification number (PCN), tetapi juga melibatkan peningkatan fasilitas lainnya.
Pemerintah daerah sangat optimis dengan potensi Bandara Haji Asan Sampit, terutama karena pertumbuhan populasi di Kotawaringin Timur yang terus meningkat. Hal ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat dalam berbagai sektor, termasuk transportasi.
Menurut Halikinnor, potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Kotawaringin Timur, didukung oleh investasi yang masuk, membutuhkan infrastruktur transportasi yang efisien. Dia berharap bahwa hasil kajian teknis ini dapat meyakinkan pemerintah pusat untuk menganggarkan dan mengembangkan Bandara Haji Asan Sampit.
Aris Subagiyo, Perwakilan Tim Ahli dari Universitas Brawijaya, mengamini potensi luar biasa Bandara Haji Asan Sampit, terutama melihat keberhasilan layanan penerbangan sebelum pandemi COVID-19. Namun, ia mengakui bahwa pasca COVID-19, pelayanan penerbangan di bandara tersebut belum sepenuhnya pulih.
Langkah selanjutnya adalah bersinergi dengan Kementerian Perhubungan, khususnya Dirjen Perhubungan Udara, untuk memastikan layanan penerbangan yang baik. Tantangan terbesar saat ini adalah menarik maskapai untuk segera beroperasi di Bandara Haji Asan Sampit.
Saati ini, Bandara Haji Asan Sampit menduduki peringkat ketiga dengan persentase 11,32 persen jumlah penumpang. Dengan potensi pengembangan, diharapkan bandara ini dapat menarik lebih banyak penumpang. Kajian menunjukkan sekitar 10 persen penumpang potensial di wilayah Kotawaringin Timur mengakses bandara di Pangkalan Bun untuk tujuan tertentu. Dengan pengembangan bandara, diharapkan penumpang yang memilih bandara lain dapat kembali, ditambah dengan peningkatan sektor pariwisata, perkebunan, dan pelaku usaha di wilayah Kotawaringin Timur.