Betang.id – Sudah bukan rahasia lagi bahwa Apple mampu terus menjual produknya di Indonesia meskipun tidak memiliki pabrik di negara ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengeluhkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp30 triliun akibat impor gadget seperti handphone (HP) dan laptop.
Namun, satu-satunya merek HP yang belum membangun pabrik di Indonesia adalah iPhone.
Semua brand HP, kecuali iPhone, kini telah memiliki fasilitas perakitan lokal di Indonesia.
Perusahaan saingan utama Apple, Samsung, memiliki pabrik di Cikarang. Oppo merakit HP-nya di Cengkareng, sementara Vivo dan Xiaomi bekerja sama dengan pabrik elektronik lokal di Batam.
Tentu saja, hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa Apple masih diperbolehkan untuk menjual iPhone di Indonesia meskipun tidak memiliki pabrik di negara ini.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menjelaskan bahwa Apple memiliki perjanjian dengan Kementerian Perindustrian untuk berinvestasi membangun infrastruktur pelatihan sumber daya manusia sebagai pengganti syarat komponen lokal.
Apple telah mendirikan tiga pusat pelatihan bernama Apple Developer Academy di BSD, Sidoarjo, dan Batam. Dalam waktu dekat, Apple juga akan membuka pusat pelatihan serupa di Bali.
“Kami sudah sepakat untuk membangun infrastruktur pengembangan sumber daya manusia,” ujar Agus Gumiwang. “Saya telah diberitahu bahwa mereka akan membuka pusat pelatihan di Bali.”
Dengan adanya komitmen Apple untuk membangun infrastruktur pelatihan sumber daya manusia di Indonesia, hal ini menjadi alasan mengapa Apple masih dapat menjual produknya meskipun tidak memiliki pabrik di negara ini.
Sebelumnya, Jokowi menyampaikan keluhan tentang impor gadget dalam acara peresmian Indonesia Digital Test House (IDTH) di Depok, Jawa Barat.
“Namun, barang-barang teknologi dan alat komunikasi yang kita gunakan masih didominasi oleh barang impor, dan nilai defisit perdagangan di sektor ini hampir mencapai US$2,1 miliar atau lebih dari Rp30 triliun,” ujar Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga menyampaikan bahwa permintaan uji perangkat serta produk impor. Dari data yang dia peroleh, produk dari China mencapai 3.046 perangkat, sedangkan Indonesia hanya memiliki 632 perangkat.
“Sangat jauh sekali,” ungkapnya. Jokowi juga mendapatkan laporan bahwa perangkat Apple membutuhkan 320 supplier komponen dari berbagai negara. Ada 17 supplier dari Filipina, 19 supplier dari Malaysia, 24 supplier dari Thailand, dan 72 supplier dari Vietnam, sementara dari Indonesia hanya ada dua supplier.
Jokowi menekankan pentingnya kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap produk perangkat digital yang berkembang begitu pesat.
Perkembangan teknologi ini menawarkan kemudahan dan efisiensi yang dapat mengubah cara masyarakat bekerja.
Meskipun Apple tidak memiliki pabrik di Indonesia, tetapi dengan komitmen untuk membangun infrastruktur pelatihan sumber daya manusia di negara ini, mereka masih dapat menjual produknya di pasar Indonesia.
Jadi meskipun tidak hadir dalam bentuk pabrik fisik, namun peran Apple dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia lokal patut diapresiasi.