Betang.id – Sebuah aplikasi bernama Death Clock telah menarik perhatian publik dengan kemampuannya memprediksi kapan seseorang mungkin meninggal dunia. Namun, di balik nama yang terkesan menyeramkan, aplikasi ini sebenarnya dirancang untuk memberikan wawasan tentang kesehatan pengguna, sehingga mereka dapat memperpanjang usia melalui perubahan gaya hidup yang lebih sehat.
Teknologi AI untuk Prediksi yang Akurat
Death Clock menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis berbagai faktor yang memengaruhi harapan hidup seseorang. Aplikasi ini memanfaatkan data dari 53 juta peserta dalam 1.200 studi tentang harapan hidup, menjadikannya salah satu alat yang paling komprehensif di bidang ini. Dengan mengolah data seperti pola makan, kebiasaan olahraga, durasi tidur, tingkat stres, hingga riwayat kesehatan pengguna, aplikasi ini memberikan prediksi yang sangat personal dan diyakini lebih akurat dibandingkan metode tradisional.
Menurut pengembangnya, Brent Franson, Death Clock bukan hanya alat untuk memprediksi, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi penggunanya. “Kami ingin orang-orang memahami faktor-faktor yang memengaruhi usia mereka, sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” ujar Franson.
Fitur Unik dan Fungsionalitas
Selain teknologi canggih, aplikasi ini memiliki presentasi yang cukup menarik, seperti menampilkan kartu hari kematian yang dihiasi ilustrasi malaikat maut. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur penghitung waktu mundur yang memperkirakan waktu yang tersisa bagi penggunanya. Namun, tujuan utama dari fitur ini adalah memberikan motivasi untuk hidup lebih sehat.
Ketika pertama kali masuk ke aplikasi, pengguna diminta menjawab serangkaian pertanyaan terkait kesehatan pribadi, kebiasaan hidup, riwayat penyakit keturunan, dan lainnya. Dari data ini, AI akan memberikan prediksi harapan hidup serta rekomendasi untuk memperbaiki gaya hidup.
Untuk mengakses fitur penuh aplikasi ini, pengguna dikenakan biaya langganan sebesar $40 per tahun. Saat ini, aplikasi tersebut baru tersedia di beberapa negara Barat, tetapi bisa diakses melalui VPN untuk negara lain, termasuk Indonesia, melalui Google Play atau App Store.
Dampak pada Gaya Hidup dan Perencanaan Keuangan
Menurut laporan Business Today, aplikasi ini memiliki potensi untuk mengubah cara pandang seseorang terhadap kualitas hidup mereka. Dengan memahami sisa usia yang diperkirakan, pengguna diharapkan lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan, mempererat hubungan sosial, hingga lebih bijak dalam mengelola keuangan.
Franson menambahkan bahwa wawasan dari Death Clock dapat membantu pengguna dalam perencanaan finansial. Misalnya, seseorang yang berharap hidup lebih lama mungkin akan terdorong untuk menabung lebih banyak atau berinvestasi dalam produk keuangan dengan hasil tinggi.
Motivasi Psikologi dan Spiritual
Selain aspek kesehatan fisik, aplikasi ini juga menyoroti pentingnya kesehatan mental dan spiritual. Salah satu pesan utama dari Death Clock adalah mengingatkan pengguna untuk lebih bersyukur, mengelola stres dengan baik, dan menjalani hidup dengan lebih bermakna. Pendekatan ini memberikan nilai tambah, menjadikan aplikasi ini lebih dari sekadar alat prediksi kematian.
Tanggapan Publik dan Popularitas
Diluncurkan pertama kali pada Juli lalu, Death Clock telah diunduh sebanyak 125.000 kali. Meskipun mendapat berbagai tanggapan, baik positif maupun skeptis, aplikasi ini terus menarik perhatian karena pendekatannya yang unik dan inovatif.
Meskipun terbatas pada beberapa negara, popularitas aplikasi ini menunjukkan bahwa teknologi berbasis AI semakin diminati untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola kesehatan mereka dengan lebih baik.
Dengan fitur canggih dan pendekatan holistiknya, Death Clock menjadi contoh bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mendorong gaya hidup sehat dan perencanaan hidup yang lebih baik. Mungkin, dari nama yang menyeramkan ini, muncul motivasi untuk hidup lebih panjang dan berkualitas.