Betang.id – Debat Capres putaran pertama menunjukkan kedalaman pemahaman hukum tata negara dari calon Presiden Anies Baswedan. Menurut Profesor Hesti Armiwulan, seorang guru besar Universitas Surabaya (Ubaya) dan anggota Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional Capres Anies Baswedan, Anies mewakili cita-cita pendiri Republik Indonesia dengan konsistensi dalam mewujudkannya dalam bentuk konkrit.
Prof. Hesti menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Undang-undang Dasar, bukan negara yang dikelola berdasarkan kekuasaan atau selera kekuasaan. Pernyataan ini disampaikan saat acara nonton bareng Debat Capres putaran pertama di Kantor DPW PKB, Jl. Gayungsari Timur 33 Surabaya.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh seperti Ketua Relawan AMIN Jatim, Dhimam Abror, Ketua DPW NasDem Jawa Timur, Sri Sajekti Sudjunad, dan Ketua TKD AMIN Jatim, Thoriqul.
Menurut Prof. Hesti, Anies tampak paling menguasai materi dalam putaran pertama ini. “Isinya daging semua. Jika diberi penilaian, Anies saya kasih nilai 9, Ganjar minus, dan Prabowo tidak nyambung antara pertanyaan dan jawaban,” ujar Prof. Hesti.
Dhimam Abror menambahkan bahwa dari sisi komunikasi, Anies juga terlihat lebih siap dibandingkan dengan capres lainnya.
Debat Capres putaran pertama menjadi semakin seru ketika terjadi saling serang antara Anies dan Prabowo. Saat Anies diserang secara pribadi mengenai pencalonannya sebagai Gubernur DKI, Anies dengan tenang membalas bahwa tidak semua politisi bisa tahan uji dalam peran oposisi, termasuk Prabowo yang bisnisnya macet karena memilih jalur oposisi.
Pertanyaan menohok tentang keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Gibran juga menguji respons Anies. Anies mengajukan pertanyaan kepada Prabowo tentang perasaannya terkait pelanggaran etika yang dianggap Anies dilakukan oleh MK.
Setelah sejenak terdiam, Prabowo menjawab dengan terkesan asal-asalan, “Kita bukan anak kecil lagi lah. Kita serahkan pada rakyat. Biarkan rakyat yang menilai. Jika tidak suka paslon nomor 2, ya jangan dipilih.”