Scroll untuk baca artikel
Berita

Demo Besar-besaran Karyawan Menghantam Amazon Menjelang Nataru

Avatar of Enny Riana
111
×

Demo Besar-besaran Karyawan Menghantam Amazon Menjelang Nataru

Sebarkan artikel ini
Demo Besar-besaran Karyawan Menghantam Amazon Menjelang Nataru

Betang.id – Menjelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, salah satu raksasa e-commerce, Amazon, harus menghadapi tantangan besar dengan adanya aksi demo besar-besaran dari para karyawannya. Momen ini biasanya menjadi waktu penting bagi perusahaan e-commerce untuk meningkatkan penjualan, karena minat beli masyarakat melonjak untuk membeli barang baru. Namun, demo kali ini justru mengganggu operasi Amazon di masa sibuk tersebut.

Mengutip laporan dari Reuters, pekerja di tujuh fasilitas Amazon memutuskan untuk mogok kerja selama masa liburan yang biasanya sibuk. Aksi protes ini terjadi di beberapa kota besar di Amerika Serikat, termasuk New York City, Atlanta, dan San Francisco. Ini disebut sebagai pemogokan terbesar yang pernah dilakukan karyawan Amazon, yang melibatkan pekerja gudang dari berbagai lokasi.

scroll untuk membaca

Serikat pekerja yang terlibat dalam aksi ini menuduh Amazon lebih mementingkan kecepatan dan efisiensi daripada kesejahteraan pekerjanya, yang diklaim telah menyebabkan banyak kecelakaan kerja. Di sisi lain, Amazon menyatakan bahwa perusahaan telah membayar karyawannya dengan upah layak dan menggunakan sistem otomatis untuk mengurangi tingkat stres pekerja yang diakibatkan oleh tugas berulang.

Jordan Soreff, seorang pekerja Amazon berusia 63 tahun yang mengantar 300 paket setiap harinya di New York City, mengungkapkan frustrasinya terhadap sistem kuota yang diterapkan Amazon. “Mereka (Amazon) seakan-akan mengatakan tak ada sistem kuota. Padahal, sistem kuota sangat terlihat dan menekan pekerja untuk melakukan tugas di luar batas kemampuan fisik kami,” kata Soreff. Ia adalah salah satu dari 100 pekerja di fasilitas Queens, New York City, yang memutuskan untuk mogok kerja.

Meskipun aksi pemogokan ini hanya melibatkan sebagian kecil dari total pekerja Amazon, yang berjumlah sekitar 800.000 orang di lebih dari 600 fasilitasnya, dampaknya tetap signifikan. Namun, Amazon mengklaim bahwa disrupsi ini tidak terlalu mempengaruhi operasi mereka, karena perusahaan memiliki banyak fasilitas di area metropolitan AS yang dapat menutupi kekurangan tenaga kerja akibat pemogokan.

Pekerja Amazon yang mogok kerja menuntut perusahaan untuk lebih peduli terhadap kondisi kesehatan mereka. Mereka ingin duduk bersama dengan pihak manajemen untuk mencari solusi yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. “Makin banyak Anda berkontribusi, makin tinggi ekspektasi yang diberikan kepada Anda,” tambah Soreff.

Walaupun fasilitas Amazon di beberapa kota tetap beroperasi dengan banyaknya karyawan yang masih melanjutkan pekerjaan, aksi demo ini menjadi perhatian besar menjelang musim belanja akhir tahun. Amazon, yang biasanya mengandalkan periode ini untuk meningkatkan penjualan, harus segera mencari cara untuk mengatasi tuntutan para pekerjanya agar operasi dapat kembali normal dan memenuhi permintaan pelanggan.

Dengan situasi ini, Amazon dihadapkan pada tantangan untuk menjaga keseimbangan antara efisiensi operasi dan kesejahteraan pekerjanya. Aksi mogok kerja yang melibatkan sejumlah besar karyawan ini menjadi pengingat bahwa penting bagi perusahaan besar untuk tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga memperhatikan kondisi kerja yang aman dan adil bagi seluruh karyawannya.

Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang