Berita

Deteksi Audio AI Deepfake, Hiya Rilis Ekstensi Chrome Gratis untuk Cegah Penipuan

Avatar of Enny Riana
1049
×

Deteksi Audio AI Deepfake, Hiya Rilis Ekstensi Chrome Gratis untuk Cegah Penipuan

Sebarkan artikel ini
Deteksi Audio AI Deepfake, Hiya Rilis Ekstensi Chrome Gratis untuk Cegah Penipuan

Betang.id – Hiya, perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat, telah meluncurkan ekstensi peramban Chrome secara gratis untuk mendeteksi suara deepfake yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Langkah ini diambil sebagai tanggapan terhadap meningkatnya ancaman penipuan dan disinformasi yang disebabkan oleh perkembangan teknologi deepfake yang semakin canggih. Dengan ekstensi ini, Hiya berharap dapat membantu pengguna dalam mengidentifikasi suara palsu yang diproduksi oleh alat kloning suara berbasis AI.

Cara Kerja Detektor Deepfake Hiya

Detektor Suara Deepfake Hiya bekerja dengan menganalisis aliran video atau audio dan memberikan skor keaslian yang menunjukkan apakah suara tersebut asli atau hasil manipulasi AI. Teknologi ini mampu mengambil sampel suara selama satu detik dan segera menentukan apakah suara tersebut otentik atau hasil dari teknologi kloning suara. Menurut Hiya, alat ini menggunakan teknologi deteksi suara AI yang diperoleh perusahaan melalui akuisisi Loccus.ai pada Juli 2023 lalu.

Kush Parikh, Presiden Hiya, menekankan pentingnya peluncuran detektor suara deepfake ini, terutama menjelang pemilihan umum Amerika Serikat yang akan berlangsung pada November mendatang. Menurut Parikh, deteksi deepfake saat ini semakin sulit dilakukan karena teknologi yang semakin canggih. Oleh karena itu, Hiya merasa perlu menyediakan alat ini untuk membantu mengurangi dampak negatif dari penggunaan deepfake, terutama dalam konteks penipuan dan disinformasi politik.

Hasil Survei Hiya tentang Paparan Deepfake

Hiya juga melakukan survei terhadap sekitar 2.000 konsumen pada tahun ini untuk mengetahui tingkat paparan mereka terhadap deepfake. Hasil survei yang dilakukan antara Januari hingga Juli 2023 menunjukkan bahwa satu dari empat responden mengaku pernah terpapar deepfake audio. Panggilan suara pribadi menjadi media yang paling sering digunakan untuk penipuan deepfake, dengan tingkat paparan sebesar 61%. Sementara itu, platform media sosial seperti Facebook dan YouTube juga mencatatkan persentase yang cukup tinggi sebagai sumber utama paparan deepfake, dengan masing-masing mencatat 22% dan 17%.

Meningkatnya Risiko Deepfake dalam Dunia Digital

Sejak meluasnya akses dan adopsi ChatGPT dari OpenAI pada tahun 2023, diikuti dengan kemunculan teknologi generatif lainnya, kemampuan untuk menciptakan deepfake hiperrealistis semakin berkembang pesat. Hal ini memberikan celah baru bagi para pelaku ancaman untuk melakukan penipuan, manipulasi informasi, dan menyebarkan disinformasi secara lebih efektif. Ancaman ini pun kini menjadi perhatian serius bagi perusahaan dan organisasi di seluruh dunia, yang semakin mengakui bahwa teknologi deepfake merupakan salah satu risiko utama dalam ekosistem digital saat ini.

Deepfake awalnya hanya mengincar target-target selebritas, politisi, dan eksekutif terkenal, namun seiring waktu, pelaku ancaman semakin agresif. Mereka kini tidak hanya menyasar tokoh-tokoh besar, tetapi juga individu biasa dan perusahaan dengan tujuan melakukan penipuan, sabotase politik, serta tindak kriminal lainnya.

Hiya berharap, dengan peluncuran ekstensi peramban Chrome ini, para pengguna dapat lebih waspada terhadap ancaman deepfake yang terus berkembang, serta lebih siap dalam menghadapi risiko penipuan yang memanfaatkan teknologi AI tersebut. Bagi perusahaan yang beroperasi di sektor yang rentan terhadap manipulasi informasi, alat ini bisa menjadi tambahan penting dalam upaya mitigasi risiko di era digital.