Scroll untuk baca artikel
Game

Director Dragon Age The Veilguard: Diversitas Kunci Penting dalam Industri Video Game

Avatar of Yenni Arianti
141
×

Director Dragon Age The Veilguard: Diversitas Kunci Penting dalam Industri Video Game

Sebarkan artikel ini
Director Dragon Age The Veilguard: Diversitas Kunci Penting dalam Industri Video Game

Betang.id – Dragon Age: The Veilguard, game terbaru dari seri Dragon Age, resmi dirilis pada 31 Oktober 2024. Meski berhasil menarik perhatian besar, game ini memicu pro dan kontra di kalangan pemain. Tak sedikit yang melontarkan kritikan, hingga muncul ujaran kebencian terkait elemen diversitas yang menjadi salah satu tema utama dalam game tersebut.

Baru-baru ini, Corinne Busche, sutradara Dragon Age: The Veilguard, memberikan pandangannya mengenai pentingnya keberagaman dalam video game. Dalam wawancara eksklusif dengan Inverse, ia menjelaskan mengapa diversitas tidak hanya esensial, tetapi juga menjadi elemen fundamental dalam menciptakan game yang relevan di era modern ini.

scroll untuk membaca

Mengapa Diversitas Begitu Penting?

Dalam wawancara tersebut, Corinne Busche menanggapi banyaknya kritik dan ujaran kebencian yang mengemuka di internet. Ia menilai bahwa polarisasi yang terjadi saat ini mencerminkan kondisi sosial yang lebih luas. Namun demikian, Busche menegaskan bahwa diversitas dan inklusivitas adalah aspek yang tak bisa diabaikan dalam pengembangan video game.

Menurutnya, keberagaman karakter dan cerita bukan sekadar representasi, melainkan kunci untuk membuat game terasa relevan dan autentik bagi pemain dari berbagai latar belakang. “Jika elemen ini dihilangkan dari fokus utama, game akan kehilangan makna dan koneksi emosional yang penting dengan para pemain,” ungkap Busche.

Dia juga menjelaskan bahwa diversitas membantu tim pengembang mengeksplorasi karakter dan identitas mereka lebih mendalam, sehingga menghasilkan cerita yang tidak hanya unik, tetapi juga mampu beresonansi dengan audiens global.

Diversitas dalam Proses Pengembangan Video Game

Lebih lanjut, Busche menjelaskan bahwa keberagaman bukan hanya soal representasi pemain, tetapi juga mencerminkan proses kreatif dalam pengembangan game itu sendiri.
“Ketika tim pengembang terdiri dari individu dengan latar belakang, pengalaman, dan perspektif yang beragam, hal ini menciptakan peluang untuk menghasilkan karya yang lebih kompleks dan autentik,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa video game, seperti The Veilguard, pada akhirnya menjadi cerminan dari para pembuatnya—baik sebagai pengembang, penggemar, maupun manusia yang unik. Kombinasi perspektif inilah yang menurutnya membawa keaslian dalam narasi dan gameplay.

Respon Positif dari Komunitas Pemain

Busche juga mengapresiasi dukungan komunitas pemain yang menurutnya sangat inklusif dan penuh keberagaman. Komunitas ini, kata dia, mendorong motivasi tim untuk terus menghadirkan pengalaman bermain yang bermakna.
“Kami bangga memiliki pemain yang mendukung elemen diversitas ini. Hal ini menjadi motivasi untuk melanjutkan tradisi menciptakan karya yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga reflektif,” tambahnya.

Pentingnya Diversitas dalam Industri Video Game

Pernyataan Busche sekaligus menjadi pengingat akan peran video game sebagai medium yang mampu merepresentasikan realitas yang beragam. Game seperti Dragon Age: The Veilguard menunjukkan bagaimana keberagaman tidak hanya memperkaya pengalaman bermain, tetapi juga menciptakan koneksi yang lebih dalam antara pemain dengan karakter dan dunia yang mereka jelajahi.

Kritik dan ujaran kebencian terhadap elemen diversitas menunjukkan tantangan yang dihadapi industri game. Namun, respons Busche menegaskan bahwa keberagaman adalah kunci untuk menjadikan video game sebagai platform yang relevan, inklusif, dan inspiratif.

Dengan The Veilguard, tim Dragon Age sekali lagi membuktikan bahwa video game dapat menjadi medium yang mencerminkan dunia nyata, lengkap dengan keragaman dan kompleksitasnya.

Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang