Betang.id – Akhir tahun ini menjadi babak penuh tantangan bagi Intel, raksasa teknologi yang tengah bergulat dengan krisis. Pat Gelsinger, CEO Intel yang sempat menjadi sorotan karena upayanya membangkitkan kembali kejayaan perusahaan, akhirnya mengundurkan diri. Namun, langkah ini diselimuti rumor tentang tekanan internal yang memaksa pilihannya: pensiun secara sukarela atau diberhentikan oleh dewan direksi.
Pergulatan di Puncak Intel
Menurut laporan Bloomberg, keputusan ini mencuat setelah rapat penting dewan direksi Intel pekan lalu. Dewan disebut memberikan ultimatum kepada Gelsinger. Sementara itu, posisi CEO sementara kini dipegang bersama oleh David Zinsner (EVP dan CFO Intel) dan Michelle Johnston Holthausm (CEO Intel Products), hingga pengganti permanen ditemukan. Frank Yeary, Ketua Independen Dewan Intel, ditunjuk sebagai Ketua Eksekutif sementara.
Dalam pernyataannya, Yeary mengakui tantangan besar yang dihadapi Intel. “Kami telah membuat kemajuan signifikan dalam daya saing manufaktur dan pengembangan pabrik pengecoran kelas dunia. Namun, kami menyadari masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk memulihkan kepercayaan investor,” ujarnya.
Yeary juga menegaskan bahwa fokus utama perusahaan kini adalah memperkuat divisi produknya sebagai inti dari strategi bisnis Intel.
Intel di Tengah Persaingan Ketat
Posisi Intel dalam persaingan industri chip semakin terjepit, terutama karena ketidakmampuannya bersaing dalam perlombaan teknologi kecerdasan buatan (AI). Rival-rival seperti Nvidia dan AMD telah mengambil alih pangsa pasar dengan inovasi prosesor AI yang lebih maju, membuat Intel tampak tertinggal.
Di sisi lain, upaya Gelsinger untuk merestrukturisasi perusahaan, termasuk langkah penghematan besar-besaran pada September lalu, belum membuahkan hasil yang signifikan. Intel bahkan menjalin kesepakatan bernilai miliaran dolar dengan Amazon Web Services untuk produksi chip AI terbaru, tetapi itu belum cukup untuk mengubah tren negatif perusahaan.
Kinerja Keuangan yang Suram
Laporan keuangan Intel untuk kuartal kedua tahun 2024 mengungkapkan gambaran kelam. Perusahaan mencatat kerugian bersih sebesar $1,6 miliar, kontras dengan laba $1,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sementara Intel masih memiliki cadangan kas sebesar $11,2 miliar, kewajibannya jauh lebih besar, mencapai $32 miliar.
Kondisi ini memaksa Intel untuk memangkas 15% tenaga kerjanya—sekitar 15.000 karyawan—pada akhir tahun sebagai bagian dari rencana penghematan $10 miliar. Selain itu, Intel juga menjual 1,18 juta sahamnya di perusahaan desain chip Arm yang berbasis di Inggris, mendulang sekitar $147 juta sebagai upaya tambahan untuk menyeimbangkan keuangan.
Faktor Eksternal dan Dampaknya
Tantangan Intel tidak hanya datang dari dalam. Dukungan pemerintah AS terhadap perusahaan chip baru-baru ini berkurang, memotong potensi pendanaan yang sangat dibutuhkan Intel untuk bersaing dengan raksasa teknologi lainnya. Bahkan, Qualcomm, yang sebelumnya menunjukkan minat untuk mengakuisisi Intel, kini kehilangan ketertarikan terhadap perusahaan yang pernah mendominasi industri chip komputer tersebut.
Jejak Karier Pat Gelsinger
Pat Gelsinger adalah figur penting dalam sejarah Intel. Ia memulai kariernya di perusahaan ini pada tahun 1979 dan menghabiskan lebih dari tiga dekade sebelum bergabung dengan EMC Dell pada 2009 sebagai presiden dan COO. Pada 2012, ia menjabat sebagai CEO VMware sebelum kembali ke Intel pada 2021 untuk memimpin upaya pemulihan perusahaan.
Namun, tiga tahun kepemimpinannya ternyata tidak cukup untuk membalikkan nasib Intel. Meskipun ia memperkenalkan berbagai strategi restrukturisasi, termasuk kemitraan besar dan pemotongan biaya, tekanan dari persaingan global dan tantangan internal terlalu besar untuk diatasi dalam waktu singkat.
Masa Depan Intel
Dengan kepergian Gelsinger, Intel kini berada di persimpangan penting. Perusahaan harus menemukan pemimpin yang mampu mengembalikan kepercayaan investor, memperbaiki posisi di pasar teknologi, dan menjawab tantangan dari kompetitor.
Langkah-langkah yang lebih tegas, termasuk inovasi produk yang relevan dengan kebutuhan pasar modern, menjadi kunci untuk mengembalikan kejayaan Intel. Sementara itu, dunia teknologi menanti apakah Intel mampu bangkit dari keterpurukan atau semakin tenggelam dalam bayang-bayang pesaingnya.