Game

Eks Developer Arkane Kritik Sistem Rating Metacritic: “Tidak Adil dan Menyesatkan”

Avatar of Yenni Arianti
77
×

Eks Developer Arkane Kritik Sistem Rating Metacritic: “Tidak Adil dan Menyesatkan”

Sebarkan artikel ini
Eks Developer Arkane Kritik Sistem Rating Metacritic: "Tidak Adil dan Menyesatkan"

Betang.id – Metacritic telah lama menjadi acuan utama bagi para gamer untuk mengetahui kualitas game melalui ulasan dan skor. Namun, situs ini juga kerap menuai kontroversi terkait keadilan sistem ratingnya. Baru-baru ini, Raphael Colantonio, mantan developer Arkane Studios, menyuarakan kritik tajam terhadap Metacritic yang menurutnya mendorong budaya pembuatan game “aman” dan membosankan.

Kritik Raphael Colantonio terhadap Metacritic

Melalui akun Twitter/X-nya, Raphael mengungkapkan kekecewaannya terhadap sistem rating Metacritic. Kritik ini muncul setelah STALKER 2, sebuah game yang banyak diantisipasi, hanya memperoleh skor 73/100. Raphael menilai skor tersebut tidak mencerminkan esensi dari game itu sendiri dan lebih menyoroti masalah teknis seperti bug pada perilisan.

Menurut Raphael, ekosistem Metacritic lebih menghargai game yang rilis dalam keadaan “aman” dan bebas bug, meskipun gameplay-nya dianggap membosankan. Ia menyebut bahwa game dengan polesan rapi saat peluncuran hampir dipastikan mendapat skor tinggi, sementara game yang lebih inovatif namun belum sempurna justru dihukum dengan skor rendah.

Sistem yang Mendorong Game “Aman”

Raphael menjelaskan, game yang dirilis dengan konsep “aman”—tanpa risiko inovasi besar—sering kali mendapatkan skor tinggi di Metacritic. Hal ini menciptakan tekanan bagi para developer untuk lebih fokus pada polesan teknis saat peluncuran daripada menciptakan pengalaman bermain yang unik dan berani.

“Ekosistem Metacritic mendorong developer untuk membuat game aman yang membosankan. Selama gamenya dipoles baik saat perilisan, kalian dipastikan mendapat 80%, tidak peduli seberapa membosankan game tersebut.” Raphael Colantonio

Sebaliknya, game seperti STALKER 2, yang mungkin menawarkan konsep atau mekanik baru, malah dinilai rendah hanya karena bug atau kekurangan teknis saat perilisan. Raphael menilai hal ini tidak adil dan menyesatkan, karena esensi sebuah game tidak menjadi bahan pertimbangan utama dalam penilaian.

Masalah Permanensi Skor di Metacritic

Salah satu poin yang paling disoroti Raphael adalah permanensi skor di Metacritic. Skor yang diberikan pada saat peluncuran tidak akan berubah, meskipun developer telah memperbaiki game mereka dalam waktu singkat setelah rilis. Hal ini dianggap merugikan developer yang berusaha meningkatkan kualitas game mereka setelah peluncuran.

“Jika dalam 3 bulan ke depan developer memperbaiki game mereka, skor jelek tersebut tetap masih ada di sana.” Raphael Colantonio

Respons Industri dan Gamer

Pernyataan Raphael memicu diskusi hangat di kalangan gamer dan pelaku industri. Beberapa setuju dengan kritiknya, terutama mengenai bagaimana sistem rating dapat memengaruhi kreativitas dalam pengembangan game. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa skor rendah akibat bug merupakan konsekuensi wajar dari game yang tidak siap rilis.

Kesimpulan

Kritik Raphael Colantonio terhadap Metacritic mengangkat isu penting tentang bagaimana sistem rating dapat memengaruhi arah pengembangan industri game. Dalam jangka panjang, pendekatan yang lebih adil dalam penilaian game—termasuk mempertimbangkan perbaikan pasca peluncuran—mungkin menjadi solusi untuk mendukung inovasi dan keberanian dalam pembuatan game.

Bagaimana menurut Anda? Apakah kritik ini relevan, ataukah sistem Metacritic tetap dianggap sebagai standar yang valid untuk menilai kualitas game?