Betang.id – Elon Musk, salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia teknologi, meminta pengadilan federal Amerika Serikat untuk menghentikan langkah OpenAI dalam bertransformasi menjadi perusahaan yang sepenuhnya berorientasi pada keuntungan. Musk, yang juga tengah mengembangkan perusahaan kecerdasan buatan (AI) miliknya, xAI, menilai langkah tersebut dapat mengancam persaingan sehat di industri AI yang sedang berkembang pesat.
Langkah Hukum terhadap OpenAI
Melalui pengacaranya, Shivon Zilis, Musk mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengeluarkan putusan pendahuluan yang tidak hanya menghentikan langkah OpenAI menjadi perusahaan komersial, tetapi juga melarang perusahaan tersebut memaksa investor agar tidak mendanai kompetitor, termasuk xAI.
Permohonan ini menandai eskalasi perseteruan antara Musk dan OpenAI yang sebelumnya sudah memanas. Awalnya, Musk mengajukan gugatan terhadap OpenAI pada Maret 2024 di pengadilan negara bagian San Francisco. Namun, gugatan tersebut dicabut dan diajukan kembali beberapa bulan kemudian di pengadilan federal.
Tuduhan Pelanggaran Federal dan Antimonopoli
Dalam dokumen yang diajukan, pengacara Musk menuding OpenAI melanggar undang-undang pemerasan federal, yang dikenal sebagai RICO (Racketeer Influenced and Corrupt Organizations Act). Pada pertengahan November 2024, tuduhan ini diperluas dengan menyertakan dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli.
Menurut Musk, OpenAI diduga memanfaatkan posisinya untuk memengaruhi investor agar tidak mendukung perusahaan pesaing, termasuk xAI. Jika benar, tindakan tersebut tidak hanya melanggar prinsip persaingan usaha yang sehat, tetapi juga merugikan perkembangan inovasi AI secara keseluruhan.
Dinamika OpenAI dan Transformasi Bisnisnya
OpenAI, yang didirikan pada tahun 2015 sebagai organisasi nirlaba, telah berkembang menjadi salah satu perusahaan AI terbesar di dunia. Popularitas ChatGPT—produk andalan mereka—telah membawa perusahaan ini menjadi pusat perhatian, sekaligus mengundang minat besar dari para investor teknologi global.
Namun, pada 2019, OpenAI mengubah strukturnya menjadi model laba terbatas (limited profit model). Dalam model ini, entitas nirlaba OpenAI tetap mengawasi anak perusahaan yang berorientasi pada keuntungan. Kini, OpenAI sedang mempertimbangkan restrukturisasi lebih lanjut untuk menjadi perusahaan konvensional yang sepenuhnya fokus pada profit. Langkah ini dinilai dapat menarik lebih banyak investasi, namun di sisi lain memicu kekhawatiran atas potensi monopoli di pasar AI.
Restrukturisasi tersebut juga direncanakan tetap mempertahankan entitas nirlaba sebagai bagian terpisah untuk mendukung visi awal OpenAI, yaitu memastikan pengembangan AI yang aman dan bermanfaat bagi umat manusia.
Persaingan dengan xAI
Musk, yang sebelumnya merupakan salah satu pendiri OpenAI sebelum keluar pada 2018, kini mendirikan xAI sebagai pesaing. xAI bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan buatan yang lebih transparan dan berbasis nilai moral yang kuat. Dalam pandangan Musk, transformasi OpenAI menjadi perusahaan komersial penuh dapat menggeser fokus perusahaan dari misi awalnya dan berpotensi merugikan inovasi yang etis.
Dukungan dan Kritik terhadap OpenAI
Sejumlah pihak mendukung langkah Musk yang mendorong pengadilan untuk mengkaji ulang kebijakan bisnis OpenAI, terutama terkait dampaknya terhadap persaingan di industri. Namun, ada pula yang menganggap gugatan ini sebagai upaya Musk untuk melindungi kepentingan pribadinya di xAI.
OpenAI sendiri belum memberikan tanggapan resmi atas gugatan terbaru ini. Namun, dalam beberapa kesempatan, mereka menegaskan bahwa langkah-langkah bisnis yang diambil tetap selaras dengan visi awal perusahaan dan bertujuan untuk memastikan keberlanjutan inovasi di tengah persaingan yang ketat.