Berita

Elon Musk Sebut Singapura Terancam “Punah,” Picu Perdebatan Global

Avatar of Ahmad Azzam
292
×

Elon Musk Sebut Singapura Terancam “Punah,” Picu Perdebatan Global

Sebarkan artikel ini
Elon Musk Sebut Singapura Terancam "Punah," Picu Perdebatan Global

Betang.id – Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, kembali memicu diskusi hangat di platform media sosial X (sebelumnya Twitter) setelah menyebut bahwa Singapura dan beberapa negara lain berada di ambang “kepunahan”. Pernyataan ini mengacu pada tingkat fertilitas rendah yang memengaruhi keberlangsungan populasi negara-negara tertentu.

Komentar Musk muncul sebagai respons terhadap cuitan influencer Mario Nawfal yang membahas krisis angka kelahiran di Singapura berdasarkan data dari Newsweek.

Krisis Fertilitas di Singapura

Mario Nawfal memulai diskusi dengan cuitan berjudul: “KRISIS BAYI DI SINGAPURA: AKANKAH ROBOT MENYELAMATKAN?” Dalam cuitannya, ia menyoroti fakta bahwa angka kelahiran di Singapura mencapai titik terendah, hanya 0,97 anak per perempuan, jauh di bawah angka 2,1 yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi.

“Artinya? Lebih banyak lansia, lebih sedikit pekerja, dan tenaga kerja yang menyusut,” tulis Nawfal. Ia juga mengungkapkan bahwa rasio dukungan antara pekerja dewasa dan lansia telah turun drastis. Pada 2014, setiap lansia didukung oleh enam pekerja dewasa, namun pada 2030, angkanya diperkirakan hanya empat pekerja per lansia.

Selain itu, Nawfal mencatat bahwa Singapura kini menjadi salah satu negara dengan kepadatan penggunaan robot tertinggi kedua di dunia, sebagai upaya untuk mengatasi krisis tenaga kerja.

Pernyataan Elon Musk dan Reaksi Netizen

Menanggapi cuitan tersebut, Elon Musk menulis komentar singkat namun kontroversial:
“Singapore (and many other countries) are going extinct.”
(“Singapura dan banyak negara lainnya sedang menuju kepunahan”)

Pernyataan Musk ini memantik beragam reaksi dari netizen. Beberapa mengungkapkan kekhawatiran, sementara yang lain memberikan saran atau perspektif berbeda:

  • “Orang-orang hanya bertahan hidup. Orang-orang butuh lebih banyak modal agar merasa nyaman untuk memulai sebuah keluarga,” tulis @nilgirian.
  • “Angka kelahiran di mana-mana tampaknya menurun. Gila!” komentar @CoffeeNGrit.
  • “Sudah ada robot di bandara. Dorong kaum muda untuk punya anak. Beri insentif untuk keluarga,” usul @JamesPGoddard90.

Dampak Penuaan Penduduk terhadap Tenaga Kerja

Data terbaru dari Kementerian Tenaga Kerja (MOM) Singapura menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja warga berusia 15 tahun ke atas mengalami penurunan, dari 68,6% pada 2023 menjadi 68,2% pada 2024. Penurunan ini dikaitkan dengan meningkatnya proporsi lansia di negara tersebut.

Pejabat MOM menjelaskan bahwa populasi lansia yang bertambah membuat upaya meningkatkan ketenagakerjaan pekerja senior menjadi sangat penting. “Meskipun tingkat partisipasi angkatan kerja tetap tinggi, angka tersebut telah menurun selama tiga tahun berturut-turut karena meningkatnya proporsi lansia,” ujar kementerian dalam pernyataan resminya pada 28 November 2024.

Solusi: Robot atau Kebijakan Pro-Natalitas?

Krisis fertilitas dan dampaknya di Singapura memunculkan perdebatan tentang langkah terbaik untuk menjaga stabilitas populasi. Robot memang dapat menjadi solusi sementara untuk mengisi kekosongan tenaga kerja, tetapi langkah ini dinilai tidak cukup untuk mengatasi masalah fundamental.

Pemerintah Singapura telah mendorong kebijakan pro-natalitas, seperti insentif finansial untuk keluarga muda dan program-program dukungan bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Namun, efek dari kebijakan ini belum terlihat secara signifikan.

Tantangan Global

Singapura bukan satu-satunya negara yang menghadapi ancaman penurunan populasi. Negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa juga mengalami tingkat kelahiran yang rendah. Tantangan ini menuntut solusi kreatif yang mencakup perubahan budaya, dukungan sosial, serta teknologi untuk mendukung keberlangsungan populasi dan tenaga kerja.

Komentar Elon Musk, meskipun kontroversial, berhasil membuka diskusi lebih luas tentang pentingnya keseimbangan demografis dan inovasi di tengah perubahan global yang cepat.

Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang