Betang.id – Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, menyatakan bahwa Israel siap menggunakan segala cara, termasuk tindakan militer, untuk menghadapi ancaman dari Hizbullah di perbatasan utara. Kelompok militan ini baru-baru ini meluncurkan serangan dan tembakan ke wilayah Israel di sekitar Sungai Litani, meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Galant menyatakan kesulitan menggunakan pendekatan diplomatis untuk menghentikan serangan Hizbullah dan menekankan bahwa opsi terbaik adalah mencapai penyelesaian diplomatik yang mengacu pada Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB. Resolusi ini, yang mengakhiri konflik Israel-Hizbullah pada tahun 2006, menetapkan bahwa Hizbullah tidak boleh mempertahankan kehadiran militer di selatan Sungai Litani.
Namun, Galant juga tidak menutup kemungkinan penggunaan tindakan militer jika pendekatan diplomatis tidak berhasil. “Jika diplomasi tidak berhasil, Israel akan menggunakan segala cara yang kami miliki, termasuk operasi militer, untuk mendorong Hizbullah mundur ke utara Sungai Litani,” tegasnya.
Serangan Hizbullah sebelumnya telah memaksa warga Israel untuk mengungsi dari rumah mereka, menciptakan situasi darurat di beberapa wilayah. Galant berkomitmen untuk memastikan keselamatan warga yang dievakuasi dan menyatakan bahwa mereka tidak akan kembali ke rumah mereka sampai Hizbullah benar-benar terdesak ke utara Sungai Litani.
Pemerintah Israel berharap untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dan mencapai stabilitas di kawasan tersebut dengan menekankan pentingnya implementasi Resolusi 1701. Sementara itu, dunia internasional mengawasi perkembangan ini dengan cemas, menyadari dampak potensialnya terhadap stabilitas regional.
AS Rencanakan Pemerintahan Baru di Jalur Gaza Jika Israel Berhasil Mengalahkan Hamas
Washington, DC, 6 Desember 2023 – Pemerintah Amerika Serikat tengah merencanakan skenario pemerintahan baru di Jalur Gaza sebagai bagian dari upaya mengatasi situasi setelah kemungkinan kekalahan Hamas oleh Israel. Dilaporkan bahwa AS akan menarik Otoritas Palestina (PLO) untuk mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza, meskipun ini memerlukan perubahan mendasar dalam struktur PLO.
Langkah ini muncul setelah Israel memberikan respons terhadap serangan Hamas melalui Operasi Banjir Al-Aqsa. Operasi itu dimulai setelah Hamas menembus perbatasan Israel dan Jalur Gaza sebagai tanggapan terhadap kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina, khususnya di kompleks Masjid Al-Aqsa.
AS berencana untuk membawa PLO ke Jalur Gaza untuk menggantikan Hamas, yang telah memicu konflik yang memakan korban lebih dari 16.000 warga Palestina, dengan lebih dari 2,2 juta warga menjadi pengungsi. Sementara dunia menyaksikan perkembangan ini dengan kekhawatiran, AS berusaha untuk memainkan peran mediasi dalam merestorasi stabilitas di kawasan tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang terhadap Hamas setelah serangan mereka, yang memperumit dinamika politik dan keamanan di Timur Tengah. Sementara dunia berharap untuk solusi damai, situasi ini menyoroti kompleksitas konflik di kawasan tersebut dan tantangan diplomasi internasional.