Scroll untuk baca artikel
Berita

Para Raksasa Teknologi Kini Mendekati Trump: Strategi atau Kepentingan Bisnis?

Avatar of Enny Riana
176
×

Para Raksasa Teknologi Kini Mendekati Trump: Strategi atau Kepentingan Bisnis?

Sebarkan artikel ini
Para Raksasa Teknologi Kini Mendekati Trump: Strategi atau Kepentingan Bisnis?

Betang.id – Setelah terpilihnya Donald Trump kembali sebagai Presiden Amerika Serikat, hubungan para eksekutif teknologi dengan sosok kontroversial ini kembali menjadi sorotan. Dari Jeff Bezos, Sundar Pichai, Mark Zuckerberg, hingga Tim Cook, hampir semua petinggi perusahaan teknologi besar mengambil langkah mendekat ke presiden terpilih tersebut. Lalu, apa yang sebenarnya mendorong perubahan sikap ini?

Berhati-hati dengan Trump: Sebuah Kepentingan Strategis

Selama masa jabatan pertamanya, hubungan Trump dengan banyak raksasa teknologi cenderung penuh ketegangan. Hal ini menciptakan dinamika yang memaksa perusahaan-perusahaan tersebut untuk lebih berhati-hati. Meski Trump sempat mengkritik keras banyak perusahaan teknologi, kini para CEO teknologi terkemuka seolah berlomba-lomba mendekatinya.

scroll untuk membaca

Tak lama setelah kemenangan Trump diumumkan pada November 2024, para CEO besar langsung menyampaikan ucapan selamat. Jeff Bezos dari Amazon, Sundar Pichai dari Google, hingga Satya Nadella dari Microsoft adalah beberapa di antaranya. Bahkan, mereka tak hanya sekadar memberikan ucapan, tetapi juga mengambil langkah nyata untuk mendukung sang presiden terpilih.

Sumbangan Fantastis untuk Pelantikan Trump

Tak hanya melalui ucapan selamat, dukungan para raksasa teknologi juga ditunjukkan lewat sumbangan besar untuk acara pelantikan Trump.

  • Mark Zuckerberg, CEO Meta Platforms, memberikan sumbangan sebesar $1 juta kepada komite pelantikan Trump, langkah serupa dilakukan oleh Jeff Bezos melalui Amazon.
  • Amazon bahkan memberikan tambahan berupa sumbangan barang senilai $1 juta sekaligus menayangkan acara pelantikan melalui platform Amazon Video.
  • Sam Altman, CEO OpenAI yang sebelumnya dikenal mendukung Joe Biden, secara mengejutkan menyumbangkan $1 juta dari uang pribadinya untuk acara yang sama.

Sumbangan ini mempertegas strategi para pemimpin teknologi dalam menjaga hubungan dengan pemerintahan Trump. Langkah mereka dianggap sebagai upaya diplomatis untuk memastikan kelancaran bisnis di masa mendatang.

Pertemuan Strategis dengan Trump

Langkah selanjutnya adalah serangkaian pertemuan langsung dengan Trump di kediamannya di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida.

  • Sundar Pichai dari Google, Mark Zuckerberg, hingga Jeff Bezos diketahui telah mengadakan pertemuan pribadi.
  • CEO Apple, Tim Cook, juga menemui Trump dan membahas sengketa pajak perusahaan Apple dengan Uni Eropa, yang sebelumnya membuat Apple harus membayar $14,34 miliar sebagai pajak terutang ke Irlandia.
  • Menariknya, Trump bahkan menjadwalkan pertemuan dengan Shou Chew, CEO TikTok, pada 23 Desember 2024.

Trump juga secara terbuka menyebut TikTok sebagai salah satu elemen penting dalam menarik pemilih muda. Hal ini menjadi ironi, mengingat pada masa jabatan pertamanya, ia pernah mencoba melarang aplikasi tersebut.

Elon Musk: Sang “Bintang Baru” bagi Trump

Di tengah para CEO yang mendekati Trump, Elon Musk menonjol karena posisinya yang unik. Tidak seperti rekan-rekannya yang memberikan pujian untuk mendapatkan dukungan, Musk justru menuai pujian langsung dari Trump.

Trump secara terbuka memuji Musk atas kontribusinya selama kampanye pemilihan presiden. CEO Tesla dan SpaceX itu bahkan diberi posisi penting sebagai pimpinan Departemen Efisiensi Pemerintah, yang tugas utamanya membongkar birokrasi, memangkas pengeluaran berlebih, dan merestrukturisasi lembaga federal.

Yang menarik, nama departemen ini menggunakan akronim “DOGE,” sebuah penghormatan pada mata uang kripto Dogecoin yang dipopulerkan oleh Musk.

Kapitalisme di Atas Ideologi

Menurut Will Oremus, analis dari The Washington Post, langkah para CEO teknologi ini murni didasari oleh kepentingan bisnis.

“Mereka bukan liberal atau konservatif. Mereka adalah kapitalis. Mereka tidak menjadi orang terkaya di dunia dengan berpegang pada ideologi tertentu,” ujar Oremus.

Hubungan mereka dengan Trump bukanlah soal ideologi politik, melainkan strategi untuk mempertahankan kelangsungan bisnis. Ancaman Trump terhadap perusahaan teknologi pada masa jabatannya yang lalu menjadi pelajaran berharga bagi para raksasa teknologi.

Meta dan TikTok: Kepentingan Strategis di Tengah Persaingan

Salah satu motivasi utama dari dukungan teknologi kepada Trump adalah peluang bisnis yang terbuka lebar.

  • Meta Platforms, misalnya, akan diuntungkan jika Trump melanjutkan usulan larangan TikTok oleh pemerintahan Biden.
  • Amazon Web Services masih memegang kontrak besar dengan pemerintah federal, yang perlu dijaga kelancarannya.

Dinamika ini menunjukkan bagaimana politik dapat menjadi alat tawar yang kuat untuk dunia bisnis, terutama bagi raksasa teknologi.

Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang