Betang.id – Samsung Foundry, unit bisnis semikonduktor raksasa teknologi asal Korea Selatan, tengah menghadapi tantangan besar. Tahun 2024 tampaknya bukan tahun terbaik bagi perusahaan ini, dengan kabar terbaru yang menyebutkan bahwa divisi pengembangan teknologi fabrikasi telah dibubarkan. Langkah ini menunjukkan pergeseran strategi Samsung Foundry untuk mengatasi berbagai kendala yang menghambat operasional mereka.
Restrukturisasi Internal untuk Fokus pada Peningkatan Hasil Produksi
Menurut laporan terbaru, Samsung telah mengambil langkah drastis dengan menugaskan ulang personel dari divisi pengembangan teknologi fabrikasi ke beberapa tim lain. Personel tersebut kini bekerja di unit yang berfokus pada manajemen hasil, produksi massal, dan desain proses. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat keberhasilan produksi chip 3nm sebelum mereka melanjutkan ambisi fabrikasi chip dengan ukuran lebih kecil, seperti 2nm dan 1,4nm.
Jika langkah ini terbukti efektif, Samsung dapat memperbaiki citra Foundry yang selama ini dikenal memiliki tingkat hasil (yield rate) yang rendah. Tingkat hasil untuk chip 3nm dilaporkan hanya mencapai 10 persen, jauh di bawah standar industri. Kondisi ini memaksa Samsung untuk menutup sebagian jalur produksinya, yang pada akhirnya berdampak pada krisis internal, termasuk rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga 30 persen tenaga kerja sebelum akhir tahun 2024.
Ambisi 1,4nm Ditunda, Fokus pada Efisiensi Produksi
Rencana Samsung untuk memproduksi chip berteknologi 1,4nm pada tahun 2027 tampaknya harus ditunda. Langkah ini, meskipun mengecewakan, dinilai tepat oleh banyak pihak. Fokus pada peningkatan efisiensi produksi saat ini, khususnya untuk chip 3nm, akan memberikan landasan yang lebih kokoh sebelum perusahaan melangkah ke teknologi fabrikasi yang lebih canggih.
Selain itu, Samsung juga menghadapi tekanan kompetitif yang signifikan. Qualcomm, salah satu mitra utama mereka, dikabarkan berencana menaikkan harga prosesor Snapdragon 8 Elite Gen 2 secara signifikan. Hal ini memicu kekhawatiran di internal Samsung karena produk flagship mereka sudah lebih mahal dibandingkan kompetitornya, seperti Apple.
Tekanan dari Pasar dan Upaya Diversifikasi Mitra
Sebagai langkah antisipasi, Samsung dilaporkan mempertimbangkan opsi untuk melakukan outsourcing produksi chip ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC). Alternatif ini dianggap mampu mengatasi tekanan waktu dan kebutuhan teknologi yang lebih canggih. Di sisi lain, MediaTek juga telah menawarkan diskon besar-besaran kepada Samsung untuk kerja sama produksi chip.
Jika Samsung gagal memanfaatkan peluang ini, konsekuensinya bisa sangat signifikan. Beberapa analis memprediksi bahwa ponsel Galaxy generasi berikutnya mungkin harus mengurangi fitur unggulan pada aspek tampilan dan kamera untuk menekan biaya produksi. Selain itu, Samsung juga diperkirakan akan mencoba menegosiasikan harga yang lebih kompetitif dengan pemasok komponen lokal guna menjaga margin keuntungan mereka.
Langkah ke Depan untuk Mengatasi Krisis
Keputusan Samsung untuk mengalihkan fokus dari pengembangan teknologi fabrikasi baru ke peningkatan hasil produksi saat ini merupakan langkah realistis. Hal ini diharapkan dapat membantu Samsung Foundry bersaing lebih baik di pasar semikonduktor global, terutama di tengah dominasi TSMC dan tantangan dari Qualcomm.
Namun, keberhasilan strategi ini bergantung pada kemampuan Samsung untuk meningkatkan tingkat hasil dan memaksimalkan efisiensi produksi. Dengan latar belakang tekanan pasar dan kebutuhan untuk mempertahankan daya saing, langkah ini akan menjadi ujian besar bagi Samsung Foundry. Apakah restrukturisasi ini dapat menjadi batu loncatan menuju pemulihan, atau justru menjadi sinyal krisis yang lebih dalam? Waktu yang akan menjawabnya.
Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang