Berita

Startup Halal Indonesia Optimis Raup Pendanaan di Tengah Tantangan Tech Winter

Avatar of Enny Riana
1835
×

Startup Halal Indonesia Optimis Raup Pendanaan di Tengah Tantangan Tech Winter

Sebarkan artikel ini
Startup Halal Indonesia Optimis Raup Pendanaan di Tengah Tantangan Tech Winter

Betang.id – Di tengah fenomena tech winter yang sedang melanda dunia, perusahaan rintisan halal di Indonesia tetap optimis dapat meraih pendanaan. Optimisme ini tercermin dalam acara Halal Super Angels (HASAN) Demo Day Jakarta 2024 yang berlangsung pada Rabu, 8 Agustus 2024.

Acara ini diorganisir oleh HASAN Venture Capital & Accelerator (HASAN VC) yang bekerja sama dengan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Bank Indonesia (BI), dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). Dengan tema “Innovate for Impact: Bridging Borders, Building Futures,” acara ini berhasil menarik lebih dari 200 investor potensial dari berbagai belahan dunia.

Pada kesempatan ini, 18 startup halal inovatif dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura berkesempatan memamerkan inovasi mereka di hadapan para investor. Managing Partner HASAN VC, Umar Munshi, menekankan pentingnya acara ini sebagai langkah nyata dalam mendukung ekosistem startup halal di Indonesia. “Kami berharap acara ini dapat menjadi katalisator pertumbuhan industri halal, menarik minat investor baik dari dalam maupun luar negeri, serta menginspirasi lahirnya lebih banyak lagi inovator di bidang halal,” ungkap Umar.

Meskipun fenomena tech winter membuat banyak startup kesulitan mendapatkan pendanaan, Ketua Umum AFSI, Ronald Yusuf Wijaya, melihat situasi ini sebagai momentum yang tepat bagi para investor untuk berinvestasi di startup halal. Menurut Ronald, meskipun beberapa venture capital dan lembaga keuangan menahan diri karena ketidakpastian ekonomi global, masih banyak investor ritel yang melihat peluang untuk mendukung startup halal. “Dalam beberapa tahun mendatang, industri halal akan semakin berkembang, dan ini merupakan peluang investasi yang sangat menarik,” ujar Ronald.

Potensi ekonomi digital di Indonesia juga menjadi sorotan. Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia, Imam Hartono, mengungkapkan bahwa 40 persen dari ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia. Ia menambahkan bahwa ada lima sektor potensial untuk pengembangan industri halal di Indonesia, yaitu makanan dan minuman, wisata, kosmetik, fashion, dan farmasi.

Bank Indonesia sendiri telah berperan aktif dalam mendukung industri halal, terutama melalui penguatan infrastruktur pembayaran. Salah satu inisiatif yang diluncurkan adalah Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), yang kini telah digunakan oleh sekitar 200 juta pengguna. QRIS tidak hanya digunakan secara domestik tetapi juga di lima negara lainnya, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Korea, dan India. “Ini termasuk transaksi barang halal,” tambah Imam. Selain itu, Bank Indonesia juga meluncurkan BI Fast untuk sistem pembayaran antar bank yang cepat, murah, dan efisien, serta SNAP untuk mengatur tata kelola dan perlindungan konsumen.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan investor, industri halal di Indonesia diharapkan terus berkembang meskipun tantangan tech winter masih membayangi.