Betang.id – TikTok kembali menjadi sorotan setelah langkah pemerintahan Joe Biden yang berpotensi memblokir aplikasi ini di Amerika Serikat terus bergulir. Dalam upaya mempertahankan eksistensinya, CEO TikTok, Shou Zi Chew, bahkan mengaku belajar dari strategi Elon Musk untuk menghadapi tekanan politik dan hukum.
Pekan ini, TikTok mengajukan permohonan ke Mahkamah Agung AS untuk menunda pemblokiran. Dengan pengguna yang mencapai ratusan juta di Amerika Serikat, dampak pemblokiran ini dinilai akan signifikan, tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga bagi para pelaku bisnis yang menggantungkan operasionalnya pada platform tersebut.
Kerugian Miliaran Dolar dalam Sebulan
TikTok memperkirakan dampak besar jika pemblokiran benar terjadi. Menurut juru bicara perusahaan, platform ini memiliki sekitar 170 juta pengguna aktif di AS. Jika akses ke TikTok diblokir, perusahaan memperkirakan kerugian hingga $1 miliar setiap bulan.
Selain itu, kreator konten yang bergantung pada pendapatan dari iklan juga diperkirakan akan kehilangan hingga $300 juta dalam waktu sebulan. Pemblokiran ini bisa memengaruhi sepertiga basis pengguna TikTok secara global dan menyebabkan penurunan hingga 29% dari pendapatan perusahaan melalui iklan digital.
“Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh TikTok, tetapi juga oleh bisnis kecil dan menengah yang selama ini memanfaatkan platform kami untuk menjangkau konsumen mereka,” ujar juru bicara TikTok kepada Ars Technica.
Bisnis Lokal AS Terancam
TikTok menegaskan bahwa langkah untuk meminta perpanjangan waktu bertujuan melindungi ekosistem bisnis di AS. Perusahaan berharap, jika Mahkamah Agung AS membatalkan peraturan pemblokiran atau jika keputusan itu dicabut di kemudian hari, kerugian dapat diminimalisasi.
Sebelumnya, sejumlah bisnis kecil di Amerika telah mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait kemungkinan blokir ini. TikTok dianggap sebagai salah satu platform pemasaran yang efektif dengan biaya relatif terjangkau, terutama untuk menjangkau generasi muda yang lebih sulit dijangkau melalui media konvensional.
Trump dan Janji Menyelamatkan TikTok
Yang menarik, TikTok kini juga berharap pada mantan Presiden Donald Trump. Dalam masa kampanyenya, Trump menyatakan akan menyelamatkan TikTok, meskipun sebelumnya ia juga mendukung upaya pemblokiran terhadap platform tersebut. Trump menilai bahwa keberadaan TikTok penting untuk mencegah dominasi Meta di sektor media sosial.
Namun, harapan ini tampaknya masih jauh dari kenyataan. Departemen Hukum AS baru-baru ini menolak permohonan TikTok untuk memperpanjang tenggat waktu pemblokiran. Kini, langkah berikutnya adalah menunggu keputusan Mahkamah Agung AS (SCOTUS) terkait permohonan banding perusahaan tersebut.
Nasib TikTok di Ujung Tanduk
Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, nasib TikTok di Amerika Serikat masih menjadi teka-teki. Di satu sisi, pemerintah AS mengkhawatirkan potensi risiko keamanan nasional dari aplikasi yang dimiliki perusahaan Tiongkok, ByteDance. Namun, di sisi lain, TikTok tetap menjadi salah satu platform paling populer di Amerika dengan pengaruh besar pada ekosistem bisnis dan kreator konten.
Keputusan Mahkamah Agung dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi penentu apakah TikTok masih bisa beroperasi di AS atau harus menerima kenyataan pahit kehilangan pangsa pasar besar mereka. Dalam situasi yang serba tak pasti ini, satu hal yang pasti: masa depan TikTok akan berdampak luas, baik bagi perusahaan, pengguna, maupun bisnis yang bergantung pada platform tersebut.
Ikuti kami di google news dan saluran WHATSAPP untuk update berita terbaru dari Betang